Harapan Kecil

Siang ini matahari terlihat malu-malu menampakkan dirinya. Seperti tau apa isi hati Naila. Gadis yang memiliki sejuta mimpi dan harapan untuk hidup kecilnya. Ia termenung di bawah rimbunnya pohon di area Malioboro dengan tas kecil yang ia bawa.
Gadis itu sibuk dengan berbagai gemuruh berisik dari pikirannya. Ia mengabaikan seluruh dering telepon yang masuk. Seperti dugaan hujan perlahan turun. Naila tidak memiliki niatan sedikit pun untuk beranjak dari tempatnya. Menikmati tetesan air hujan yang turun mengenai kulitnya.
Tak lama hujan berhenti. Namun gemuruh dikepala Naila tak kunjung mereda. Ia memutuskan untuk kembali ke tempat yang keluarganya sebut sebagai rumah tetapi itu bukan ‘rumah’ untuknya. Sesaat setelah gadis itu sampai rumah seperti biasa tak ada yang menyambut.
Ia menginjakkan kaki di ruang tamu lalu melihat kearah sekitar. Seperti kapal pecah, sampah berserakan dimana-mana.
“Kemana aja, kamu?” tanya wanita paru baya kepada Naila.
“Bukan urusan bunda.” Naila berlalu meninggalkan wanita yang ia sebut bunda.
“Nanti jangan lupa bersihin ruang tamu, sama teras, terus cuci piring,” titah ibunya.
“Bunda tu punya anak dua, kenapa harus aku?! Ada mas Daniel. Lagian dia yang berantakin bukan aku,” Naila berucap sambil menatap kearah ibunya dengan tatapan kecewa.
“Masmu tu capek, habis kerja.” Bela wanita itu.
“Halah kerja apa emang?? Main judi?” Sarkas Naila.
Seperti itulah gambaran keseharian di tempat yang sebut sebagai rumah. Nyatanya Naila tidak bisa melawan. Gadis tersebut tetap melakukan titah ibunya.
Setelah melakukan seluruh pekerjaan rumah Naila berlalu memasuk kamarnya. Namun tak lama Daniel datang membawa sejumlah temannya dan sudah pasti sangat berisik serta berantakan. Yaa, inilah realita kehidupan gadis kecil yang ingin meraih mimpinya menjadi pelukis. Tak lama gawainya berdering.
“Halo?” sapa Naila.
“Naii, besok ada konseling buat lanjut SMA. Kamu mau masuk mana?” tanya Sabrina dari balik telepon.
“Aku pengen masuk SMK jurusan seni lukis.” Jawab Naila.
“Loh bukannya pas itu bundamu bilang kamu masuk teknik mesin?” Sabrina berucap dengan bingung.
“Bundaku kali, yang mau bukan aku.” Naila menanggapi dengan malas.
***
Hari ini hasil tes minat bakat sudah dibagikan. Naila sudah pasti tahu apa minat dan bakat dia. Kini gadis itu memandangi kertas tersebut dengan cermat. Tiba-tiba Sabrina menghampiri Naila.
“Naii, gimana??” Tanya sahabatnya itu.
“Bakatku lebih keseni. Udah pasti aku daftar SMK jurusan seni lukis.” Naila berucap dengan percaya diri.
“Aku doain aja dehh semoga kamu masuk SMK seni impiamu.” Ucap Sabrina dengan wajah yang riang.
Masih di hari yang sama tetapi kini mentari berada diufuk barat saat Naila sedang bersantai di kamarnya. Tiba-tiba ibunya memanggil.
“Nailaa!!” Seru ibunya.
“Apa bunda?” Jawab Naila sambil berjalan keasal suara.
“Kamu mau masuk teknik mesin, kan?” Tanya ibunya.
“Kenapa harus teknik mesin, bun?” Naila menatap wanita yang sudah melahirkannya dengan tatapan kecewa.
“Kamu harus ngikutin jejak mas Daniel. Dia dulu gagal masuk teknik mesin, kan? Nah, sekarang kamu yang lanjutin.” Jelas wanita paru baya itu.
“Kenapa sih semuanya tentang mas Daniel?!?” Tanya Naila dengan geram.
“Ini bukan tentang mas Daniel, ini tentang aku bunn. Akuu, Naila anak perempuan bunda satu-satunya!!” Naila mengucapkan tiap penggalan katanya dengan dada yang sesak.
“Naila, mbok kamu ngertiin dikit to, itu cita cita masmu.” Jelas ibunya.
“Kenapa aku harus ngertiin semua orang sedangkan orang lain gak ada yang ngertiin aku.” Ujar Naila dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Coba kalok ayah masih ada pasti ayah dipihak Naila. Gak kayak bunda yang selalu maksain kehendak.” Kata Naila dengan nada tinggi.
“Naila!! Jaga ucapanmu!” Sentak ibunya.
“Kenyataan, toh? Ayah selalu dukung minat Naila dari kecil.” Setelah mengatakan itu Naila berlalu pergi meninggalkan ibunya.
Kini dia sendiri di kamar meratapi mimpi dan harapannya yang sewaktu-waktu bisa pupus. Gadis itu menangis dalam diam. Menenggelamkannya wajah serta tubuhnya di kasur yang selama ini menjadi saksi bisu kesedihan Naila. Hujan turun dengan derasnya seakan memahami gundahan hati naila. Gadis kecil itu merindukan ayahnya yang selama ini menjadi panutan serta salah satu orang yang mengapresiasi setiap karya Naila. Nyatanya Naila butuh ‘rumah’ tempat ia berkeluh kesah.
***
Naila sudah membulatkan tekadnya untuk memilih SMK jurusan seni lukis saat hari pendaftaran. Namun ia tetap memenuhi permintaan ibunya dengan memilih teknik mesin sebagai opsi yang kedua.
Naas, gadis itu ditolak di jurusan seni lukis. Mimpinya seakan pupus. Kini Naila mau tak memilih opsi kedua yaitu jurusan teknik mesin. Sial seribu sial dia diterima. Inilah kenyataan yang harus ia terima. Menginjakkan kaki di jurusan yang ia tidak minati. Biarlah Tuhan yang menuntunnya.
Esok harinya Naila memutuskan untuk menuju tempat peristirahatan terakhir ayahnya. Gadis itu menatap kearah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama ayahnya. Naila lelah dengan semua tekanan yang ibunya berikan. Gadis itu menumpahkan seluruh keluh kesah yang ia simpan selama ini. Setelah merenung cukup lama Naila memutuskan beranjak dan berjalan pulang.
Sesampainya di halaman rumah, gadis itu melihat seorang yang sangat ia rindukan duduk di depan teras rumahnya. Menatap kearah wanita itu dengan senyum yang mengembang. Kemudian berlari kepelukan wanita itu. Ia tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa ia sekarang sangat bahagia.
“Omaa, Naila kangen.” Ucap Naila mengeratkan pelukannya. Wanita yang dia sebut ‘oma’ itu hanya tersenyum tulus.
Naila dan omanya berbagi rasa nyaman dan aman. Gadis itu bisa berkeluh kesah tentang hal-hal yang dialaminya. Naila seakan lupa dengan semua masalah yang ia alami.
***
Naila tetap menjadi hari-harinya sebagai siswi SMK jurusan teknik mesin. Meski ia memasuki jurusan yang ia tidak inginkan namun Naila tetap berusaha untuk meraih prestasi. Selain itu Naila tetap menekuni bakat dalam bidang melukis.
Suatu ketika Naila iseng mengunggah salah satu video yang berisi hasil karya lukisannya dan ternyata mendapatkan banyak pujian. Semenjak saat itu Naila menjadi rajin mengunggah karya lukisnya. Seiring berjalannya waktu Naila mendapatkan banyak sekali pengikut di sosial media yang menyukai karyanya. Beberapa karya yang diunggah Naila dilirik oleh seniman ternama. Tak hanya sampai disitu seniman tersebut mengajaknya berkolaborasi. Mereka membuat pameran seni yang didatangi banyak sekali orang bahkan artis ikut meramaikan pameran lukis Naila. Hal tersebut membuat Naila sangat senang karena impian dan cita-citanya menjadi seorang pelukis tercapai. Selain itu Naila mampu memenuhi permintaan ibunya dan berprestasi akademik dibidang teknik. Berserah pada Tuhan atas semua masalah yang ada dan berusaha meraih semua mimpi serta harapan. Merupakan kunci kesuksesan.
Shakuntala Katara Gantari-2024
Kirim Komentar