Karya

SESAL KEMUDIAN

Rabu, 17 Januari 2024 / Karya

SESAL KEMUDIAN

MARIA KEYLA CINTA HARDANI

Di salah satu sekolah SMP swasta di Jogja terdapat gadis cantik yang mempunyai sifat sangat pemalas, sama sekali tidak suka belajar, dan hanya ingin menghabiskan waktunya dengan bermain game. Feranya Alexa itulah nama gadis cantik pemalas yang biasa dipanggil Fera oleh teman-temannya. Berbeda dengan salah satu teman sekelasnya yang bernama Caca Elfiana yang memiliki julukan "manusia ambis" karena dia sendiri yang mempunyai hobby belajar sejak kecil, selalu mangasah bakatnya dan memiliki sifat esktrovet.

"RAA RA FERAA...." Teriak seorang gadis yang sedang lari kearahku dari belakang. Sontak aku kaget lalu menoleh kebelakang dan ternyata orang yang memanggil namaku dengan sangat kencang itu adalah Caca teman sekelasku yang sangat ekstrovet dan selalu menasihati agar aku selalu belajar. Kuakui dia memang sangat pintar dan juga rajin belajar, tidak heran jika dia sangat suka menasihati agar aku selalu belajar.

Batinku "Aish baru saja sampai di sekolah langsung ketemu orang itu saja, aku sudah sangat muak mendengar ceramahan yang dia berikan setiap waktu agar aku semangat belajar, mending aku lanjut jalan saja," langkah kakiku lantas kupercepat lagi agar pagi hari ini aku tidak berbicara dengan gadis itu. Namun apalah daya gadis itu tiba tiba saja menepuk pundaku dan entah bagaimana dia bisa lari sekencang itu.

            "Woy, Ra. Gue tadi manggil-manggil nama lu kenapa lu ga berenti?" Kata gadis itu sambil ngos ngosan.

"Ohh... lu manggil gue? gue tadi ga denger sorry ye," kataku cuek.

Alasanku yang singkat untuk memutuskan obrolan ini.

"Padahal gue uda kenceng banget tadi manggilnya tapi gue juga ga peduli sih. Oiya, Ra lu udah belajar belum untuk ulangan semester hari ini? Ga mungkin kan lu ga belajar untuk ujian semester hari pertama ini?" Katanya sambil kita berjalan di lorong yang panjang untuk menuju ke kelas.

Ya topik yang dikatakan gadis ambis itu sangat membuatku malas untuk menjawab serta membuatku malas untuk berbicara lagi. Aku hanya diam saja dan reflek mempercepat langkahku agar bisa cepat sampai di kelas sehingga aku bisa bermain game digawaiku. Sesampainya di kelas Fera langsung duduk di bangkunya yang terletak di ujung belakang kelas itu dan langsung mengambilnya untuk bermain game.

Selang beberapa menit, Bu Erni memasuki kelas kami terlihat jelas ditangannya sedang membawa map yang berisikan kertas ujian. Tak lupa juga memakai kacamata ovalnya yang terlihat seperti guru matematika yang menakutkan. Bu Erni ini memang sangat terkenal di sekolah kami karena ia adalah guru matematika satu-satunya yang ada di sekolah kami dan sangat ditakuti oleh semua murid. "Guru killer" itulah julukan yang diberikan oleh anak murid di sekolah ini.

"Selamat pagi anak-anak, langsung saja kita memulai ujian semester hari pertama ini," katanya sambil berjalan dan mulai membagikan kertas ujian tersebut.

"Ck, sialan hari pertama ujian, langsung mapel Matematika, ditambah pengawasnya guru killer itu lagi," batinku.  

Saat aku sedang kesal, guru killer tersebut tiba-tiba saja sudah ada di samping meja kami dan membagikan kertas ujian tersebut.

"Terima kasih Bu," ucap caca.

Tanpa rasa bersemangat aku langsung melihat soal ujian matematika tersebut serta membolak-balik kertas ujian itu. Mukaku seolah sudah menjelaskan bahwa aku tidak tahu sama sekali jawaban dari soal tersebut. Rasa putus asa langsung keluar saat kujawab pertanyaan dengan asal-asalan tanpa menghitung atau memikirkannya.

"Teng...teng...teng... “Waktu ujian sudah selesai diharapkan semua siswa berhenti mengerjakan dan dapat mengumpulkan hasil pengerjaan anda.” Teng...teng...teng... 

Terdengar suara bel sekolah yang menandakan waktu ujian sudah selesai. Aku langsung mengumpulkan kertas ujian tersebut di meja guru dan langsung keluar kelas berniat untuk langsung pulang ke rumah karena ujian sudah selesai. Ujian hari pertama aku tidak bisa mengerjakan soal-soal tersebut karena aku tidak pernah mau belajar dan hanya menghabiskan waktuku dengan bermain game yang ada digawaiku. Begitu pula ujian dihari selanjutnya dan selanjutnya yang aku juga tetap tidak bisa mengerjakan soal-soal tersebut. Singkatnya dihari Jumat minggu depan sudah penerimaan rapot. Aku sangat pasrah dengan nilaiku dan aku juga tahu bahwa nilaiku tidak akan sesuai dengan ekspektasi orang tuaku. Hari Jumat sudah tiba, penerimaan rapot ujian semester dan pengambilan dilakukan oleh orang tua. Suasana di sekolah pada saat itu sangat ramai. Penuh dengan orang tua murid yang sedang mengambil rapot anaknya dan dari kerumunan orang tua itu, aku melihat orang tuaku sedang bersama orang tua Caca. Kemudian aku dan Caca menghampiri mereka. Mama Caca menyambut Caca dengan pelukan yang hangat dan raut wajah yang juga terlihat sangat bahagia. Berbeda dengan wajah mamaku yang melihat sinis tanpa mengeluarkan satu patah kata. Aku sudah mengerti maksud dari mama. Tidak lama kemudian mama langsung mengajakku pulang. Akupun pamit ke mama Caca sekaligus Caca. Sesampainya di mobil mama langsung memarahi dan memakiku akibat nilai yang sangat jelek. Aku yang sedang dimarahi hanya terdiam dan tetap memainkan gawai seperti tidak peduli oleh makian mama. Mama semakin marah kepadaku lalu mama langsung mengambil gawaiku dengan kasar sambil berkata, "Ga ada hp untuk sebulan! Hp kamu mamah sita! Nanti sampai rumah kamu harus langsung belajar gaboleh keluar rumah, ga boleh nonton tv dll!” 

Aku tidak terima dengan perilaku mama. Aku beradu mulut dengan mama di dalam mobil dan pada akhirnya aku hanya bisa menangis karena makian mama yang tiada henti. Sampai di rumah Aku langsung bergegas menuju ke kamar dan tidak lupa mengunci pintu. Aku langsung tertidur lemas di kasur dengan suasana yang sangat sunyi hanya terdengar suara tangisanku yang sangat menyesali kebiasaan itu.

*************

    Kirim Komentar

    © Copyright Citraweb Digital Multisolusi All Rights Reserved. Designed and Developed by Developed by Citraweb