Karya

KINCIR ANGIN

Rabu, 17 Januari 2024 / Karya

KINCIR ANGIN

HEAVENLY GRACIA TIYANTO

Felin adalah seorang mahasiswi yang dulunya memiliki orang tua, tetapi sekarang ia hanya sebatang kara yang merantau di kota Yogyakarta. Orang tuanya mengalami kecelakaan saat ingin mengunjungi tempat tinggal Felin di Yogyakarta, kecelakaan itu membuat kedua orang tuanya tewas di tempat. Felin hanyalah anak tunggal, untungnya ia memiliki warisan dari orang tua untuk membiayai hidupnya.

26 April adalah tanggal yang sangat spesial bagi sepasang kekasih yang sedang merajut hubungan, bernama Tegar dan Felin. Tanggal itu adalah tanggal anniversary bagi mereka berdua, biasanya mereka sangat bersemangat untuk merayakannya, namun 3 tahun belakangan ini Tegar dan Felin tidak dapat merayakannya, karena sebuah bencana yang dialami oleh Felin.

"Tepat 3 tahun kamu terbaring dibrankar ini Lin, apa kabar?" Ucap Tegar dengan lembut sambil ngeusap kepala Felin yang terhalang oleh selang oksigen. "Hari ini adalah hari spesial kita, aku membawakan mu cincin yang kamu sukai dari awal kita berpacaran" setelah mengucapkan itu, Tegar memakaikannya ditangan Felin yang terbebas dari selang infus. "lihatlah, sangat cocok jika kamu yang memakainya" ucap Tegar setelah selesai memasangkan cincin itu ditangan Felin, matanya tak bisa berhenti mengeluarkan air kesedihan.

Seiring berjalannya waktu setiap pulang kerja Tegar selalu menghampiri Felin dengan membawakan bunga, entah berapa banyak bunga yang sudah kering diruangan koma itu.

"Sayang, selamat malam. Aku membawakanmu bunga yang indah, bangunlah dan lihat bunga ini aku yakin kamu pasti menyukainya"  tanpa ia sadar ternyata ada dokter yang menangani Felin tepat dibelakangnya. Dokter itu memegang pundak Tegar dan berkata "kami akan selalu berusaha untuk menyembuhkan pasien" Tegar yang mendengar perkataan itu langsung menengok kebelakang dan berdiri dari posisi duduk "ahh dokter, terima kasih telah menolong kekasih saya dan merawatnya dengan baik" dokter itu hanya tersenyum dan langsung memeriksa keadaan Felin yang nasibnya masih sama dengan sebelumnya. "keadaan Felin belum juga membaik, tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin" ucapan dari dokter itu membuat Tegar semakin putus asa "terimakasih dok telah merawatnya dengan baik" dibalas dengan senyuman dokter itu segera keluar dari ruang operasi.

"Tuhan aku adalah anakMu, tetapi kali ini aku kecewa denganMu, namun apa yang harus aku lakukan? mengapa Engkau tak menolongku?" ucap Tegar dalam hati sembari duduk di kursi yang berada tepat disamping kasur Felin.

Hari berganti dengan cepat, hari ini adalah awal bulan yang mengejutkan bagi Tegar.

"Saudari Felin sedang dalam masa kritis, keadaannya semakin memburuk semenjak tadi malam, nyawanya bisa saja tak terselamatkan jika tidak segera melakukan transplantasi paru-paru, namun kami memberi tau terlebih dahulu jika kami melakukan operasi saudari Felin tidak 100% bisa terselamatkan kami hanya bisa mengira-ngira 20% nyawanya akan tertolong. Kami harap anda bisa memutuskannya secepat mungkin." Informasi dari dokter itu membuat Tegar terpuruk, rasanya ingin sekali menghilang dari dunia yang sialan ini. "Baik dok, beri saya waktu untuk memikirkannya" lagi lagi dokter itu hanya tersenyum.

Jalanan yang tampak sepi, langit gelap, hawa dingin telah menyelimuti sekujur tubuhnya ia berjalan dengan gemetar menuju suatu gedung besar dimana ia memohon kepada Tuhan setiap saat. Ia masuk gedung itu dengan sekuat tenaga seakan ada yang mendorongnya lagi untuk keluar, ia duduk di barisan depan dan mulai mengejamkan mata lalu melipat tangannya "Tuhan Engkau satu satunya jalan bagi hidupku, jika Engkau lebih menyayangi Felin lebih dari aku menyayanginya maka akan aku serahkan Felin kepadaMu, tetapi jika Engkau masih memberi kesempatan aku untuk menjaga Felin, aku bersumpah kepadaMu akan menjaganya dengan segala keterbatasanku." Lontaran kata itu hanya ia ucapkan dalam hati, air matanya mulai turun membasahi pipinya. Kini hidupnya terasa hancur, ia merasakan kesepian dalam dunia ini, sungguh malang anak muda itu.

"Saya telah memutuskan untuk mengambil operasi bagi Felin" ucap Tegar kepada dokter yang selama ini menangani kekasihnya. Dokter itu tampak terkejut dengan keputusan yang Tegar ambil, karena beratus - ratus  pasien yang ia tangani dengan kasus yang sama telah gugur dari dunia ini. "Keputusanmu cukup berani, kami akan berusaha semaksimal mungkin." Balasan dari dokter itu membuat Tegar tersenyum tipis. "Tuhan jika aku gagal lagi untuk menyelamatkan pasien ini, aku akan berjanji berhenti menjadi dokter." Ucap dokter itu dalam hati.

"Operasi akan kami mulai tolong berdoa dan tetap tenang, apapun yang terjadi setelah ini biarlah Tuhan yang memutuskan" dokter itu memberikan sedikit kalimat kepada Tegar sebelum menjalani operasi.

2 jam telah berlalu. Benar benar sunyi, suara detak jantung pun menjadi terdengar. Dalam hatinya ia terus berdoa kepada Tuhan, ia telah berserah penuh kepadaNya.

Dokter itu keluar dari ruangan operasi untuk memberi kabar bahwa "Ini adalah mukjizat dari Tuhan, awalnya detak jantung pasien telah berhenti, namun kami tetap menjalankan operasinya. Setelah menyelesaikan tindakan itu jantungnya kembali berdetak bahkan lebih baik dari sebelumnya, itu adalah berkat dari Tuhan karena kamu telah berserah penuh kepadanya. Secara medis pasien tidak dapat terselamatkan, tetapi rencana Tuhan tidak ada yang tau" dokter itu tersenyum dan memegang pundak Tegar.

Tegar hanya bisa menangis, tetapi kali ini dengan tangisan yang bahagia "Tuhan Engkau masih mengizinkanku untuk bersamanya? aku berjanji kepadaMu tidak akan membuatMu kecewa." Ucapnya dalam hati.

1 Minggu telah berlalu, Felin sudah sadar dari komanya semenjak 3 hari setelah dioperasi, sungguh Felin sangat kuat karena tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pulih.

"Waktunya berkemas kemas untuk pulang sayang!" suara itu menggema di dalam ruangan yang disinari oleh matahari, Felin tersenyum melihat tingkah pasangannya, 3 tahun ia terbaring telah merubah hidupnya dan dunia.

"Kamu tidak ingin memeluk pacarmu ini, Gar? sudah lama aku tidak merasakan pelukan hangat darimu," ucap Felin itu membuat Tegar langsung menghampirinya dan memeluknya sekencang mungkin.

Dimalam hari mereka pergi ke taman yang biasa mereka kunjungi. "Kamu tau? aku pernah bermimpi bisa bermain lagi denganmu seperti ini, namun mimpi itu menjadi hilang karena kondisi yang sangat menekan, aku menghapus semua mimpi itu dan melupakan segala harapanku kepada dunia... tetapi Tuhan telah mewujudkan impianku, aku tidak tau bagaimana hidupku jika Tuhan tidak menyelematkan mu." Lanjutnya yang didengar baik oleh Felin "kamu adalah angin dan aku adalah kincir angin, kincir angin tidak akan berputar tanpa angin. Seperti aku yang tidak bisa hidup tanpamu." Ucap Felin itu membuat Tegar memeluk Felin dengan erat dan meneteskan air mata lagi. "Aku mencintaimu lebih dari dunia ini, seperti aku mencintai diriku sendiri. Jangan tinggalkan aku, Gar." Lanjut Felin.

    Kirim Komentar

    © Copyright Citraweb Digital Multisolusi All Rights Reserved. Designed and Developed by Developed by Citraweb